Sahabat Bagaikan Kepongpong - tidur di hutan

[Masih anget][6]

ok
artikel
makanan
olahraga
video
wisata

Sahabat Bagaikan Kepongpong



Pada suatu hari Sahabat bertemu dengan Ulat. Kemudian Sahabat menyapa si Ulat, “Hai Ulat! Nama kamu siapa?” tanya Sahabat.

            Kemudian si Ulat menjawab, “Hallo, Sahabat! Namaku Ulat Seperti Bola Pingpong,”. Lalu si Ulat balik bertanya pada Sahabat, “Kalau nama kamu siapa Sahabat?”

            Sahabat pun menjawab, “Namaku Sahabat Thok,”

            Ulat kemudian berkata, “Ooo, jadi nama kamu Sahabat Thok. Nama kamu lucu, ya!”

            “Ah, nggak juga, ah… Lucuan nama kamu, Ulat!” kata Sahabat.

            Kemudian Ulat berkata, “Mulai sekarang kita berteman, ya?”

            “Oke. Sekarang kita adalah teman,” kata Sahabat.

            Setelah beberapa percakapan terjadi, mereka kemudian berpisah. Setelah pertemuan itu, mereka pun jadi sering bertemu dan bermain di pinggir sungai di dalam hutan. Mereka bermain, bercanda, dan juga belajar bersama.

            Pada suatu hari, seperti biasa mereka janjian di tempat biasa, yaitu pinggir sungai di dalam hutan. Ketika Sahabat tiba di tempat, dia belum melihat si Ulat yang biasanya datang lebih dulu.

            “Mana ini si Ulat kok belum kelihatan? Biasanya dia datang duluan” kata Sahabat.

            Kemudian si Sahabat mondar-mandir kesana-kemari menunggu si Ulat. Tak lama kemudian si Sahabat melihat bungkusan putih pada sebuah pohon.

            “Ini apa, ya? Kok bentuknya seperti guling, tapi mana bantalnya? Bukan… bukan guling ini. Wah, jangan-jangan ini si Ulat yang jadi kepongpong.” kata si Sahabat berbicara sendiri.

            Kemudian Sahabat mengamati dengan teliti bungkusan itu, “Iya benar. Ini si Ulat, benar!” kata Sahabat.

            “Hei, Ulat kamu lagi ngapain? Kamu kok berubah jadi guling seperti ini?” tanya si Sahabat, akan tetapi si Ulat dalam bentuk guling tersebut, oh sory, kepongpong maksudnya, tidak berkata sepatah kata pun.

            Kemudian si Sahabat duduk di samping Ulat sambil ngomong sama si Ulat walau Ulat tidak menjawab apapun, alias ngomong sendiri seperti orang gila galau. Sore hari pun tiba, tapi si Ulat tetap tidak bergerak sama sekali. Karena sudah sore, Sahabat memutuskan untuk pulang mau mandi, gosok gigi, dan lain-lain kemudian sholat magrib juga nggak boleh lupa. Keesokan, harinya si Sahabat berkunjung ke tempat kemarin, tempat dimana si Ulat yang jadi kepongpong.

            “Ulat, kamu kok masih jadi kepongpong, sih? Sudah makan belum? Belum, ya. Apa nggak lapar? Kapan udahan jadi kepongpongnya? Aku mau main nih sama kamu? Kalau nggak ada kamu aku kan tidak bisa main. Tapi ya sudah lah, aku akan tetap di sini nungguin kamu. Kalau gitu, gimana kalau rumahku akan ku bawa kesini biar kamu bisa aku temani setiap saat dan setiap waktu. Yeah, kayaknya itu ide yang bagus.” begitulah kira-kira si Sahabat berbicara sendiri.

            Tak lama setelah itu si Sahabat pulang ke rumah untuk membawa rumahnya ke tempat si Ulat yang jadi kepongpong.

            Dengan susah payah dan lelah, si Sahabat sampai di tempat si Ulat dengan membawa rumahnya. Kemudian si Sahabat berkata, “Huufff, ahirnya sampai juga. Capek juga ya, jauh juga lagi, rumahku berat juga ya, juga apalagi ya???” begitulah kira-kira si Sahabat bergumam.

            “Dengan begini, aku bisa menemanimu, Ulat!” kata si Sahabat.

            Hari demi hari berlalu, dan Sahabat setia menemani si Ulat yang jadi kepongpong. Suatu hari si Sahabat yang baru bangun tidur binggung melihat kepongpongnya si Ulat yang terlihat seperti robek dan tidak ada isinya.

            “Wah… dimana ini si Ulat, kok kepongpongnya robek? jangan-jangan si Ulat dimakan macan. Tapi macan nggak makan ulat. Buaya mungkin, ya? Buaya juga nggak makan ulat. Lalu dimana ini si Ulat?” kata si Sahabat cemas dan berbicara sendiri.

            Kemudian ada yang datang dari belakang dan berkata, “Hai, kamu lagi ngapain?”

            Kemudian Sahabat menoleh kebelakang “Ini aku lagi binggung mencari temanku yang kemarin masih di situ,” kata Sahabat sambil menunjuk bungkus kepongpong yang robek.

            Sesuatu yang datang tersebut kemudian berkata “Oh.. itu. Kamu nggak tau siapa aku, ya?”

            Kemudian Sahabat menjawab, “Kamu anak gubernur, ya? Atau kamu akan bupati, ya? Tapi kamu kok punya sayap?”.

            “Kamu nggak kenal aku, ya? Ini aku ulat yang berubah jadi kepongpong, yang berubah lagi jadi kupu-kupu,” kata si Ulat yang sudah berubah jadi kupu-kupu.

            “Wow, sekarang kamu sudah berubah jadi cantik, indah, dan mengagumkan, ya!” kata si Sahabat sambil melihat dari bawah sampai bagian atas si Ulat yang berubah jadi kupu-kupu.

            Kemudian Kupu-Kupu berkata, “Iya, benar. Ini aku. Walaupun aku sudah berubah jadi kupu-kupu, kita tetap teman, ya! Ini aku bawa madu, ayo kita makan bersama-sama!”

            Dengan rasa senang dan suka cita mereka berdua makan madu bersama. Sambil makan madu mereka berdua ngobrol.

            “Hei Sahabat, kamu nungguin aku terus waktu aku jadi kepongpong ya? sampai-sampai rumahmu dibawa kesini,” tanya si Kupu-Kupu.

            “Iya ni, aku nungguin kamu waktu kamu jadi kepongpong, karena aku khawatir sama kamu,” jawab si Sahabat.

            “Kalau begitu kita berdua adalah SAHABAT BAGAIKAN KEPONGPONG. Aku kepongpongnya dan kamu sahabatnya,” kata si Kupu-Kupu bahagia.

            “Hahahhaahahhahahaha,” tawa si Sahabat.

            “Tapi kamu kan bukan kepongpong lagi!” kata Sahabat.

            Kupu-Kupu berkata, “O, iya ya, ya! Sudah lah, yang penting kita SAHABAT BAGAIKAN KEPONGPONG,”

            Kemudian mereka berdua tertawa lepas dan merasa bahagia. SELESAI.

            Demikian tadi cerita sahabat bagaikan kepongpong. Cerita ini hanya fiktif apabila ada kesamaan nama, tokoh, dan lain-lain memang begitulah adanya, jadi mohon dimaafkan. Oke ? Oke tentunya. Tapi yang aku binggung si Sahabat itu mahluk seperti apa, ya? Kalau ulat, kepongpong, kupu-kupu kan sudah jelas, tapi kalau Sahabat itu mahluk seperti apa itu? Kalau ada pertanyaan seperti itu, aku tidak bisa jawab. Yang bisa jawab cuma Anda dan siapa, ya? Dan sahabat Anda tentunya. Oke, sekian dari saya ada kurang lebihnya mohon maaf. Selamat tidur!

Tidur di Hutan by syaiful kharis

Yang penting swasembada. Katakan WOW!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search