NGOMONG SAMA TEMBOK part II
Setelah
kemarin posting NGOMONG SAMA TEMBOK, aku jadi ingin melakukan hal itu. Kayaknya
ngomong sama tembok adalah sesuatu yang menantang dan memacu adrenalin. Walaupun
banyak orang berpendapat, orang yang ngomong sama tembok itu orang gila, bodo
amat, aku akan tetap mencobanya. Kayaknya asik deh!!! Kalian coba juga ya di
rumah!!! Nggak bahaya kok.
Ada
cerita lain, nih, tentang ngomong sama tembok. Setuju, ya, kalau kelues ini
bahas NGOMONG SAMA TEMBOK part II? Baiklah, yuk, cap cus, cekibrooootttt langsung
ke TKP!
Ngomong
sama tembok sering kali dialami oleh kaum adam. Mungkin ada yang nggak tahu
arti kaum adam. Aku jelaskan (dengan logat sok YESS dan sok HE’EH). Kaum adam
adalah kaum laki-laki yang bukan banci, pria yang nggak waria, cowok yang habis
e’ek cewok. Nah, kalau kaum yang sering mengurus jenazah atau mayat itu namanya
pak kaum (yang ini penjelasan tambahan).
Kembali
ke jalan lurus dan benar. Kenapa ngomong sama tembok sering kali dialami cowok?
Biasanya cewek kalau lagi males ngomong sama cowoknya, mungkin karena lagi PMS
atau si cowok melakukan kesalahan, si cewek akan menyuruh cowoknya ngomong sama
tembok. Aku kasih contoh:
Misalkan
ada cewek nama panjangnya SURTI REMAJA ANAK BAPAK KAUM IYA PAK KAUM, biasa di
panggil SURTI. Itu salah satu nama alay 2015. Surti punya pacar namanya TEJO
YANG KATANYA MASIH PERJAKA biasa dipanggil TEJO.
Surti
mengajak Tejo ketemuan di sebuah gubuk di pinggir sawah. Surti datang lebih
dulu, dan Tejo belum terlihat batang koreknya (mungkin maksudnya ‘batang
hidung’, aku emang nggak bisa bedain mana batang korek, mana batang hidung. Maklum,
ya!) di gubug tersebut.
Sebelum
berlanjut, aku mau berfikir dulu tentang bedanya batang korek dan batang hidung
biar lebih jelas. Pertama-tama batang korek. Ciri-ciri batang korek adalah
terbuat dari kayu dan diujung batangnya terdapat pentolan yang bisa untuk
menyalakan api. Tetapi pentolan batang korek tersebut tidak bisa menyalakan api
asmara diantara kita yang sudah terlanjur padam oleh air mata yang bercucuran
tiada henti atas sikapmu itu. Huahahahahaha…. (Haduh… apa itu). Oke, kalau
batang korek itu ujungnya ada pentolan. Kalau ciri-ciri batang hidung bagaimana
ya? Batang hidung itu ciri-cirinya tidak ada pentolan seperti ujung batang
korek, tetapi di ujung batang hidung terdapat dua lubang yang fungsinya untuk
bernafas. Walaupun batang hidung memiliki dua lubang untuk bernafas, tapi aku akan
tetap susah bernafas, kalau aku bernafas tanpamu. Uwuuiiisssss…. Cocuit…cocuit
banget pokoknya lah!!!
Lanjut
ke Surti sama Tejo. Surti menunggu begitu lama dan tetap sabar. Surti berkata,
‘menunggu sesuatu yang menyebalkan bagiku, saatku bersabar dan terus bersabar
menantikan kehadiran dirimu’. Begitulah kata Surti. Kok kayak lagu ya? Lagu
itu… miliknya zifilia yang judulnya asune turu. Aneh banget itu judul lagu.
Surti
masih terus aja nunggu si Tejo yang tak kunjung datang. Surti melihat jam
tangan, rupanya dia sudah menunggu Tejo lebih dari satu jam. Jam demi jam
berlalu, hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan
berlalu, tahun demi tahun berlalu, demikianlah ceritanya Surti menunggu Tejo
hingga dia mati di gubug itu. (Sorry… sorii… sebenarnya bukan gitu ceritanya,
itu ngawur abis)
Ya,
setelah menunggu dengan setia, ahirnya Tejo datang ke gubug deket sawah
tersebut. Tejo datang dan menyapa Surti.
Tejo : Hai Surti! Maaf ya aku telat. Tapi belum
sampai 3 bulan, kan?
Surti : (Surti diem aja dan mengacuhkan Tejo)
Tejo : Iya deh, maaf ya! Aku janji, aku tidak
akan telat lagi kalau mau ketemuan sama kamu.
Surti : (Surti masih diem terus. Kali ini dia
memasang muka jutek abis)
Tejo : Ih, kamu kok diem aja dari tadi. Kamu itu
seperti tembok gubug ini, tahu nggak! Yang bisanya cuman diem aja.
Ahirnya
Surti angkat bicara.
Surti : Ya, udah. Kalau gitu ngomong aja sama
tembok.
Dengan
muka masih jutek abis, Surti meninggalkan Tejo di gubug sendirian. Tejo
memanggil-manggil Surti, tapi surti tak menggubrisnya. Kini Tejo di gubug
sendirian. Dengan penuh rasa bersalah karena datang terlambat menemui Surti,
Tejo ahirnya ngobrol sama tembok seperti apa yang telah disuruh Surti.
Itu
kenapa Tejo mau, ya, disuruh Surti ngomong sama tembok. Begok banget, ya, si
Tejo. Masak ngobrol sama tembok? Aneh banget itu orang. Mungkin yang bego bukan
Tejo, tapi yang nulis. Hahahahahhahaha…. Bodo amat lah…
Mugkin
diantara kalian ada yang berfikir (atau mungkin kalian udah nggak bisa mikir),
sejak kapan gubug punya tembok. WOOOOOOOOOOW….. jangan salah! Ini tahun 2015
coyy!!! Jaman sudah moderen. Gubug yang dulunya cuman dari kayu-kayu dan
anyaman bambu sekarang sudah berevolusi menjadi ada temboknya. Nggak cuman itu
aja, walaupun keberadaannya di deket-deket sawah, beberapa gubug moderen
dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas seperti kulkas, kolam renang, kompor
gas, kamar mandi dalam, hot spot area, dan lain-lain. (PERHATIAN: Sepertinya
paragraf ini tidak perlu kalian pikirkan lebih dalam, apalagi dihayati. Karena
itu semua bisa menyebabkan setres atau lebih parah lagi sakit jawa. Ya, jiwa
maksudnya.)
Demikian
tadi kisah Surti dan Tejo dalam NGOMONG SAMA TEMBOK part II, yang aku tulis
dengan penghayatan yang begitu mendalam, walaupun tak sedalam samudra dan tak
setegar batu karang (opo kuwi…. ya, ampun!). Cerita di atas hanya fiktif
belaka, apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, walaupun Anda belum
jadian dengannya, mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oke, see you next time!!!
Selamat tidur di hutan!!!!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar