NGOMONG SAMA TEMBOK part II - tidur di hutan

[Masih anget][6]

ok
artikel
makanan
olahraga
video
wisata

NGOMONG SAMA TEMBOK part II



Setelah kemarin posting NGOMONG SAMA TEMBOK, aku jadi ingin melakukan hal itu. Kayaknya ngomong sama tembok adalah sesuatu yang menantang dan memacu adrenalin. Walaupun banyak orang berpendapat, orang yang ngomong sama tembok itu orang gila, bodo amat, aku akan tetap mencobanya. Kayaknya asik deh!!! Kalian coba juga ya di rumah!!! Nggak bahaya kok.


Ada cerita lain, nih, tentang ngomong sama tembok. Setuju, ya, kalau kelues ini bahas NGOMONG SAMA TEMBOK part II? Baiklah, yuk, cap cus, cekibrooootttt langsung ke TKP!

Ngomong sama tembok sering kali dialami oleh kaum adam. Mungkin ada yang nggak tahu arti kaum adam. Aku jelaskan (dengan logat sok YESS dan sok HE’EH). Kaum adam adalah kaum laki-laki yang bukan banci, pria yang nggak waria, cowok yang habis e’ek cewok. Nah, kalau kaum yang sering mengurus jenazah atau mayat itu namanya pak kaum (yang ini penjelasan tambahan).

Kembali ke jalan lurus dan benar. Kenapa ngomong sama tembok sering kali dialami cowok? Biasanya cewek kalau lagi males ngomong sama cowoknya, mungkin karena lagi PMS atau si cowok melakukan kesalahan, si cewek akan menyuruh cowoknya ngomong sama tembok. Aku kasih contoh:

Misalkan ada cewek nama panjangnya SURTI REMAJA ANAK BAPAK KAUM IYA PAK KAUM, biasa di panggil SURTI. Itu salah satu nama alay 2015. Surti punya pacar namanya TEJO YANG KATANYA MASIH PERJAKA biasa dipanggil TEJO.

Surti mengajak Tejo ketemuan di sebuah gubuk di pinggir sawah. Surti datang lebih dulu, dan Tejo belum terlihat batang koreknya (mungkin maksudnya ‘batang hidung’, aku emang nggak bisa bedain mana batang korek, mana batang hidung. Maklum, ya!) di gubug tersebut.

Sebelum berlanjut, aku mau berfikir dulu tentang bedanya batang korek dan batang hidung biar lebih jelas. Pertama-tama batang korek. Ciri-ciri batang korek adalah terbuat dari kayu dan diujung batangnya terdapat pentolan yang bisa untuk menyalakan api. Tetapi pentolan batang korek tersebut tidak bisa menyalakan api asmara diantara kita yang sudah terlanjur padam oleh air mata yang bercucuran tiada henti atas sikapmu itu. Huahahahahaha…. (Haduh… apa itu). Oke, kalau batang korek itu ujungnya ada pentolan. Kalau ciri-ciri batang hidung bagaimana ya? Batang hidung itu ciri-cirinya tidak ada pentolan seperti ujung batang korek, tetapi di ujung batang hidung terdapat dua lubang yang fungsinya untuk bernafas. Walaupun batang hidung memiliki dua lubang untuk bernafas, tapi aku akan tetap susah bernafas, kalau aku bernafas tanpamu. Uwuuiiisssss…. Cocuit…cocuit banget pokoknya lah!!!

Lanjut ke Surti sama Tejo. Surti menunggu begitu lama dan tetap sabar. Surti berkata, ‘menunggu sesuatu yang menyebalkan bagiku, saatku bersabar dan terus bersabar menantikan kehadiran dirimu’. Begitulah kata Surti. Kok kayak lagu ya? Lagu itu… miliknya zifilia yang judulnya asune turu. Aneh banget itu judul lagu.

Surti masih terus aja nunggu si Tejo yang tak kunjung datang. Surti melihat jam tangan, rupanya dia sudah menunggu Tejo lebih dari satu jam. Jam demi jam berlalu, hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan berlalu, tahun demi tahun berlalu, demikianlah ceritanya Surti menunggu Tejo hingga dia mati di gubug itu. (Sorry… sorii… sebenarnya bukan gitu ceritanya, itu ngawur abis)

Ya, setelah menunggu dengan setia, ahirnya Tejo datang ke gubug deket sawah tersebut. Tejo datang dan menyapa Surti.
Tejo     : Hai Surti! Maaf ya aku telat. Tapi belum sampai 3 bulan, kan?
Surti    : (Surti diem aja dan mengacuhkan Tejo)
Tejo     : Iya deh, maaf ya! Aku janji, aku tidak akan telat lagi kalau mau ketemuan sama kamu.
Surti    : (Surti masih diem terus. Kali ini dia memasang muka jutek abis)
Tejo     : Ih, kamu kok diem aja dari tadi. Kamu itu seperti tembok gubug ini, tahu nggak! Yang bisanya cuman diem aja.
Ahirnya Surti angkat bicara.
Surti    : Ya, udah. Kalau gitu ngomong aja sama tembok.
Dengan muka masih jutek abis, Surti meninggalkan Tejo di gubug sendirian. Tejo memanggil-manggil Surti, tapi surti tak menggubrisnya. Kini Tejo di gubug sendirian. Dengan penuh rasa bersalah karena datang terlambat menemui Surti, Tejo ahirnya ngobrol sama tembok seperti apa yang telah disuruh Surti.

Itu kenapa Tejo mau, ya, disuruh Surti ngomong sama tembok. Begok banget, ya, si Tejo. Masak ngobrol sama tembok? Aneh banget itu orang. Mungkin yang bego bukan Tejo, tapi yang nulis. Hahahahahhahaha…. Bodo amat lah…

Mugkin diantara kalian ada yang berfikir (atau mungkin kalian udah nggak bisa mikir), sejak kapan gubug punya tembok. WOOOOOOOOOOW….. jangan salah! Ini tahun 2015 coyy!!! Jaman sudah moderen. Gubug yang dulunya cuman dari kayu-kayu dan anyaman bambu sekarang sudah berevolusi menjadi ada temboknya. Nggak cuman itu aja, walaupun keberadaannya di deket-deket sawah, beberapa gubug moderen dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas seperti kulkas, kolam renang, kompor gas, kamar mandi dalam, hot spot area, dan lain-lain. (PERHATIAN: Sepertinya paragraf ini tidak perlu kalian pikirkan lebih dalam, apalagi dihayati. Karena itu semua bisa menyebabkan setres atau lebih parah lagi sakit jawa. Ya, jiwa maksudnya.)


Demikian tadi kisah Surti dan Tejo dalam NGOMONG SAMA TEMBOK part II, yang aku tulis dengan penghayatan yang begitu mendalam, walaupun tak sedalam samudra dan tak setegar batu karang (opo kuwi…. ya, ampun!). Cerita di atas hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, walaupun Anda belum jadian dengannya, mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oke, see you next time!!! Selamat tidur di hutan!!!!!!!!!!

Tidur di Hutan by syaiful kharis

Yang penting swasembada. Katakan WOW!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search